Misi dan Visi manusia


Islam.id - Misi hidup manusia sungguh mulia, yakni beribadah kepada Tuhan. Visi hidupnya pun sangat agung, yakni menjadi khalifatullah (pemimpin visioner) di atas muka bumi. Tentu untuk mewujudkannya diperlukan daya dukung yang amat sempurna, baik dalam bentuk Hardware maupun software. Oleh sebab itu, Allah telah merancang bangunan (struktur) diri manusia menjadi dua bagian.
        Pertama, berbentuk fisik yang amat sempurna, dilengkapi dengan berbagai komponen supercanggih: kepala, mata, telinga, lidah, tangan, kaki, jantung, paru-paru, ginjal, dan seterusnya.
        Kedua berbentuk nonfisik: ruh, akal, syahwat, dan hati nurani. Kendati keberadaannya tidak bisa dilihat dengan pancaindera sebagaimana bagian fisik manusia, namun pengaruhnya dapat diketahui dan dirasakan secara pasti.
Sejak dahulu, para ilmuwan terus melakukan pengkajian mendalam tentang kedua bagian diri manusia ini. Tidak diragukan, pencapaian ilmu pengetahuan, khusunya di zaman modern, tentang bagian fisik jauh melebihi pengetahuantentang bagian nonfisik. Oleh sebab itu, pengkajian-pengkajian masalah ini masih terus dijalankan dan semakin hari semakin ditemukan hal-hal yang sangat menarik. Ajaibnya, semakin ditemukan sesuatu yang abru terkait bagian nonfisik manusia, semakin terasa betapa sedikitnya ilmu manusia tentangnya. Seperti yang dinasehatkan oleh sahabat Rasulullah yaitu Umar Bin Khatab.
Berikut nasehatnya :
3 Tahapan Menuntut Ilmu
Pertama, jika seseorang memasuki tahap pertama ia akan sombong.
Kedua, jika ia memasuki tahap kedua ia akan tawadhu. ( rendah hati)
Ketiga, dan jika memasuki tahapan ketiga ia akan merasa tidak ada apa-apanya.

 Hal ini sudah dijelaskan Oleh Allah SWT :



Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: “Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan (tentangnya) melainkan sedikit. (Q.S. Al Israa’, 17: 85)

Ayat tersebut dengan jelas menyatakan, urusan ruh (nonfisik) manusia yang utama merupakan urusan Tuhan Penciptanya, yaitu Allah Ta’ala. Dalam hal ini, Allah tidak akan memberikan ilmu tentangnya melainkan sedikit. Namun kata “sedikit” dalam dimensi Tuhan Yang maha Mengetahui dan Mahakuasa tentulah berarti sangat banyak bagi manusia sebagai makhluk yang memiliki kelemahan dan keterbatasan. Dengan pengertian lain, jika manusia mau memperoleh ilmu yan cukup tentang bagian nonfisik manusia, mereka harus belajar dari Penciptanya melalui referensi standart yang di turunkan-Nya, yakni Al-Qur’an dan risalah nabi-nya, Muhammad saw.
Lain halnya tentang pengetahuan terkait dengan fisik manusia, langit, bumi, dan isinya. Manusia diberi peluang oleh pencipta untuk mendalaminya sebanyak mungkin tentang hal itu, kendati hanya dengan menggunakan kecerdasan akal atau intelektualnya seperti yang di firmankan-Nya :



Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (Q.S. Al Baqarah, 2: 164)

Menarik untuk direnungkan bahwa bagian nonfisik yang ada dalam diri sangat menentukan warna dan gaya kehidupan manusia. Khususnya terkait perilaku dan kultur. Anggota tubuh atau bagian fisik hanya merupakan wadah dan alat untuk mengimplementasikan kehendak, keinginan, dan kecenderungan bagian nonfisik. Oleh sebab itu, dalam berinteraksi dengannya harus ada sistem dan mekanisme yang sesuai dengan ketetapan Tuhan. Kalau tidak, kemungkinan keasalahan dalam perlakuan dan pengoperasiannya sangat besar. Sebab, Tuhan telah membatasi pengetahuan tentangnya.
Kesalahan penanganan masalah nonfisik akan menyebabkan kerusakan dan kehancuran fatal diri manusia yang juga berakibat kehancuran dan kerusakan bagian fisik manusia itu sendiri.
Secara fungsional, para ahli pendidikan dan ahli jiwa membagi masalah nonfisik manusia menjadi empat kategori penting.
Pertama, disebut dengan kategori spiritual
Kedua, kategori emotional
Ketiga, kategori intellectual
Keempat, adalah desire (syahwat atau nafsu)

Keempat unsur tersebut memiliki ukuran-ukuran kecerdasan dan keistimewaan  yang luar biasa. Semuanya sama-sama penting. Tidak ada yang lebih penting antara satu dengan yang lain. Namun, karakter dan fungsi masing-masing sangat berbeda. Semuanya harus mendapatkan “suplai gizi” yang berbeda dengan kadar volume sesuai kebutuhan masing-masing, agar semuanya tumbuh dan berkembang dengan baik dan seimbang. Persis sama dengan anggota tubuh yang menjadi bagian fisik manusia.




Dikutip dari buku : Road to The Great Success
penulis : Fathuddin Ja'far

Related : Misi dan Visi manusia

0 Komentar untuk "Misi dan Visi manusia"